LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL”
Disusun Oleh
Nafis Satun Khasanah
F05110008
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL
ABSTRAK
Tubuh tumbuhan tersusun atas jaringan-jaringan yang menyusunnya sehingga menjadi akar,batang dan organ tumbuhan lainnya. Pada daun tumbuhan monokotil dan dikotil terdapat perbedaan susunan jaringan penyusunnya. Sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap beberapa awetan tumbuhan untuk mengetahui perbedaan sistem dan jenis jaringan daun,tipe dan struktur anatomi daun tumbuhan monokotil dan dikotil. Pengamatan dilakukan dengan preparat awetan daun Zea mays L, dan daun Fern ,dan awetan segar Musa Paradisiaca dan Puring (Codiaeum variegatum) yang digunakan sebagai perbandingan. Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa pada daun tumbuhan monokotil letak berkas pengangkutnya tersebar sedangkan pada tumbuhan dikotil letak berkas pengangkutnya teratur. Adapun bagian anatomi tumbuhan yang terlihat yaitu, epidermis (atas dan bawah),berkas pengangkut, stomata, palisade dan jaringan spongy.
Kata kunci : jaringan, daun monokotil,daun dikotil,palisade,mesofil, spongy, stomata, epidermis adaxial.epidermis abaxial, berkas pengangkut
PENDAHULUAN
Pada tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari akar,batang,daun,hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa perbedaan yang paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur,sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur (Soerga,2011).
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang (Gembong,2007).
Bagian-bagian yang terdapat pada daun yaitu:
1. Jaringan Epidermis.
Jaringan epidermis daun dari beberapa tanaman beraneka ragam dalam jumlah lapisan, tebal, struktur, tebal stomata, penampakan dan susunan trikoma dan adanya sel yang khusus. Dalam struktur daun yang pipih, perbedaan jaringan epidermis dibuat antara dua permukaan daun; permukaan yang lebih dekat dengan ruas atanya dan biasa menghadap ke atas, dikenal dengan epidermis atas (adaxial surface). Dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (abaxial surface), berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. (Darmanti, 2009).
Selain itu, Epidermis berfungsi untuk pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas. Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil, kutikula tipis, stomata umumnya tidak ada. Pada tumbuhan air yang terapung letak stomata pada permukaan atas. Daun yang terendam air termodifikasi menjadi bentuk silindris untuk meminimalkan arus air yang melewati daun mencegah koyaknya daun. (Estiti B. Hidayat,1995)
2. Jaringan mesofil.
Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung kloroplas dan ruang antar sel. Mesofil dapat bersifat homogeny atau terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan tiang lebih tampak dari jaringan spons yang memiliki ruang antar sel yang luas. Jaringan tiang terdiri atas sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun. Meskipun jaringan tiang tampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah, sehingga udara dalam ruang antar sel tetap mencapai sisi panjang, kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis lebih efisien. (Fahn, A. 1992)
Letak palisade tepat dibawah epidermis pada sisi adaksial disebut daun dorsiventral atau bifacial. Sedangkan pada tumbuhan xerofit pada kedua sisi daun palisade disebut daun isobilateral. Parenkim spons berbentuk isodiametris atau memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi untuk penyimpan gula dan asam amino yang di sintesis di lapisan palisade, membantu pertukaran gas. Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan. (Tri Wahyu Agustina,2010)
3. Jaringan bunga karang.
Disebut juga jaringan spons karena lebih berongga bila dibandingkan dengan jaringan palisade, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Parenkim bunga karang tersusun oleh sel-sel yang bentuknya bervariasi. Umumnya tersusun tidak teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas, dan tersusun sedemukian rupa membentuk suatu jaringan seperti bunga karang. (Saefudin. Tanpa tahun).
Sel-sel parenkim bunga karang bentuknya beragam, dapat menyerupai sel-sel palisade, atau diameternya sama, atau pula memanjang sejajar dengan arah permukaan daun. Akan tetapi cirri khas sel-sel parenkima bunga karang adalah adanya cuping-cuping yang menghubungkan sel-sel disebelahnya. (Fahn, A. 1992)
- Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh yaitu Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Tapi pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Akibat adanya kambium, memungkinkan batang tumbuhan dikotil bertambah lebar dan terbentuknya lingkaran tahun pada batang.
Gbr. Jaringan daun
(Suryanieti,2011)
5. Stomata.
Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.
(Satria, Danil. 2011)
Struktur Daun Monokotil.
Pada daun monokotil yang hidrofit, menunjukan struktur seperti dikotil, terutama dengan banyaknya ruang-ruang udara. Pada Butomaceae hamper 80% volume ditempati oleh ruang udara. Pada lilium, pada bagian dorsiventral dijumpai adanya jaringan tiang. Daun Musa sapientum adalah tebal dan mempunyai beberapa lapisan jaringan tiang dan daerah jaringan bunga karang yang lebar, dengan lacuna yang besar. Daun Carec mempunyai sklerenkim yang sangat berkembang, serta ruang udara yang besar yang berisi sel besar yang berdinding tipis.
Sebagian monokotil mempunyai susunan daun unifasial. Misalnya Iris, mempunyai daun unifasial yang pipih. Ikatan pembuluh sebagian terdapat dalam satu deret, atau sebagian terdapat dalam dua deret yang berhubungan satu dengan yang lain. Sarung daun berkembang karena aktifitas meristem marginal dan ikatan pembuluh tampak posisinya seperti biasa. (Supardi dan Pudjoarianto, 1993)
Struktur Daun Dikotil.
Kebanyakan tumbuhan dikotil herba, mesofilnya relative tidak terdiferensiasi. Misalnya jaringan tiang tidak ada, atau kurang berkembang, ruang interseluler besar, daun tipis, epidermis dengan kutikula tipis, dan stomata menonjol.
Pada tumbuhan semak dan berkayu, daun terdiferensiasi menjadi jaringan tiang pada sisi adaksial, daun bertipe mesomorfik dorsiventral, misalnya pada Vitis, Sylinga, Lingustrum, dan pyrus. Daun Citrus mempunyai kutikula yang tebal dengan lapisan lilin. Pada Ficus, dibawah epidermis terdapat sel-sel yang tidak mengandung kloroplas, disebut hypodermis, merupakan derivate epidermis (multiple epidermis). Dijumpai pula adanya sistolit pada epidermis dan sel getah (latisifer) pada mesofil. .(Supardi dan Pudjoarianto, 1993).
Dari literatur di atas, maka dilakukanlah pengamatan mengenai bagaimana perbedaan jaringan daun pada monokotil dan dikotil?,bagaimana sistem dan jenis serta posisi jaringan daun? Dan seperti apa struktur anatomi dari daun monokotil dan dikotil?. Sehingga dapat diketahui dengan lebih jelas bagaimana perbedaan antara jaringan daun monokotil dan dikotil.
TUJUAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan beberapa pengamatan yang memiliki tujuan untuk mempelajari sistem dan jenis jaringan daun,tipe daun monokotil dan dikotil, posisi dari berbagai jaringan daun, dan membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil.
MATERIAL DAN METODA
a. Waktu dan Tempat
Pada praktikum kali ini dilakukan pada hari Sabtu/ 31 Maret 2012,pukul 07.30 WIB dimana pengamatannya dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
b. Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain, mikroskop,kaca benda (Object glass),kaca penutup (cover glass), silet, dan pipet tetes
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu,preparat awetan daun jagung (Zea mays L),awetan Fern leaf sec, preparat segar daun pisang (Musa paradisiaca), dan daun puring (Codiaeum variegatum) serta air bersih.
c. Cara Kerja
Dalam pengamatan awetan daun monokotil dan dikotil pertama-tama preparat awetan diletakkan di bawah lensa objek pada mikroskop, kemudian diperiksa mulai dari pembesaran lemah untuk mengamati susunan jaringan yang terdapat pada daun. Selanjutnya,dibesarkan satu sektor irisan tersebut dengan pembesaran yang lebih kuat. Setelah itu,objek yang terlihat digambar dan diberi keterangan. Kemudian,disebutkan tipe dari masing-masing daun beserta ciri-cirinya.
Untuk pengamatan preparat segar permukaan daun pisang (Musa paradisiaca), dan daun puring (Codiaeum variegatum) disayat halus menggunakan silet . Kemudian diamati di bawah mikroskop, selanjutnya digambar dan diberi keterangan anatomi daun yang terlihat.
DATA PENGAMATAN
Preparat : Jagung (Zea mays) Perbesaran : 10 x 10 | |||
| |||
Preparat : fern (Athyrium filix-femina) Perbesaran : 10x10 | |||
| |||
Preparat segar : Puring (Codiaeum variegatum) Perbesaran : 10x10 | |||
| |||
Preparat segar : Pisang (Musa paradisiaca) Perbesaran : 10 x10 | |||
| Keterangan :
|
PEMBAHASAN
Dalam praktikum jaringan pada daun monokotil dan dikotil, dilakukan pengamatan terhadap preparat awetan pada daun tumbuhan monokotil dan dikotil serta pengamatan terhadap preparat segar daun tumbuhan monokotil dan dikotil. Preparat awetan yang digunakan adalah daun jagung (Zea mays L) dan fern (Athyrium filix-femina) . Sedangkan untuk pengamatan preparat segar digunakan daun pada tanaman pisang (Musa paradisiaca), dan daun puring (Codiaeum variegatum).
Praktikum kali ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara struktur anatomi jaringan daun monokotil dan dikotil. Pada gambar hasil pengamatan preparat awetan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil yakni Zea mays L dan fern (Athyrium filix-femina) dimana pada gambar.1 preparat awetan Zea mays L susunan berkas pembuluhnya terletak tidak teratur atau tersebar. Sedangkan pada gambar.1 preparat awetan Arachis hypogeae susunan berkas pembuluhnyta terletak teratur
Preparat awetan Zea mays L Preparat awetan fern (Athyrium filix-femina)
Dari gambar di atas dapat dilihat dengan jelas bagian dari struktur anatomi daun tumbuhan misalnya terdapat jaringan epidermis dibuat antara dua permukaan daun; permukaan yang lebih dekat dengan ruas atanya dan biasa menghadap ke atas, dikenal dengan epidermis atas (adaxial surface) dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (abaxial surface), berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. (Darmanti, 2009).
Pada daun fern kami mendapatkan bahwa letak stomata nya berada di atas, hal tersebut tidak sesuai dengan literatu dimana. Pada tumbuhan air, stomata banyak dibentuk di permukaan atas daun, sebaliknya pada tumbuhan darat stomata banyak di permukaan bawah daun (Tim Pengampu Fisiologi Tumbuhan, 2010). Fern sendiri merupakan tumbuhan paku-pakuan, maka seharusnya stomatanya terletak di bagian bawah permukaan daun untuk mengurangi laju penguapan yang dilakukan oleh tumbuhan tersebut.
Pada daun monokotil, yaitu pada Zea mays L, dalam hasil pengamatan dijumpai palisade yang membulat. Ini menunjukan tipe sentris.(Supardi dan Pudjoarianto, 1993). Palisade tidak tersusun sepanjang penampang daun. Hanya epidermis yang menyusun permukan atas dan permukaan bawah daun. Bunga karang atau jaringan spons posisinya tidak teratur, jaringan pengangkutnya tidak teratur.
Selanjutnya pada pengamatan preparat segar dilakukan pengamatan terhadap daun dari Musa paradisiaca dan (Codiaeum variegatum) dapat terlihat berkas pembuluh penyusun daun nya. Dimana letak berkas pengangkut pada Musa paradisiaca teletak di sepanjang berkad pembuluh daunnya, sedangkan pada (Codiaeum variegatum) berkas pembuluhnya tampak pada sayatan batangnya.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari hasil pengamatan terhadap preparat awetan dan preparat segar dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara struktur anatomi daun pada monokotil dan dikotil. Dimana letak berkas pengangkut pada monokotil terletak tersebar dan tidak beraturan serta tidak adanya. Sedangkan pada dikotil susunan berkas pembuluhnya terletak rapi. Pada praktikum ini preparat yang monokotil adalah Zea mays L, dan Musa paradisiaca sedangkan preparat yang dikotil adalah Fern dan (Codiaeum variegatum).
Pada pengamatan prerparat awetan Fern terlihat stomata terletak di dekat epidermis atas, sedangkan menurut literatur untuk daun yang habitatnya di darat letak stomatanya di permukaan bawah daun. Oleh karena itu, perlu di kaji kembali denga berbagai sumber dan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Tri Wahyu. 2010. Materi Pokok Ajar Anatomi Tumbuhan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Darmanti. 2009. Identifikasi Anatomi Daun. (online) http://eprints.undip.ac.id/1999/1/Bioma_darmanti_Juni_2009.pdf. Diakses tanggal 6 april 2012.
Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan (Edisi Ketiga). Yogyakarta, UGM Press.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Saefudin. Tanpa tahun. JaringanTumbuhan. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196307011988031-SAEFUDIN/Jaringan_tumbuhan.pdf. Diakses tanggal 5 april 2012.
Satria, Danil. 2011. Anatomi Daun. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Anatomi_daun.svg. Diakses tanggal 6 april 2012
Soerga.2009. Anatomi Tumbuhan Monokotil dan Dikotil. (online) http://soearga.wordpress.com/2009/04/18/anatomi-tumbuhan-monokotil-dan-dikotil/. Diakses tanggal 5 April 2012
Supardi dan Pudjoarianto. 1993. Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suryanieti.2011. Praktikum Anatomi Daun. (online) http://suryanieti.blogspot.com/2011/05/laporan-praktikum-antum-anatomi-daun.html. Diakses tanggal 6 April 2012
Tim pengampu Fisiologi Tumbuhan. 2010. Petunjuk Praktikum fisiologi Tumbuhan. FMIPA UM
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
.
0 komentar:
Posting Komentar