Jumat, 13 September 2013

EVALUASI PEMBELAJARAN

PENGERTIAN EVALUASI, PENGUKURAN, DAN PENILAIAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
A.    Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan evaluasi dan selalu menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian bahkan masih banyak orang yang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut dengan suatu pengertian yang sama.
Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
B.     Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat contoh berikut :
  1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya.
  2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli.
Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang manis.
Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil.
Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli.
Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran, yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman.
Langkah – langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.
Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai berikut :
  • Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.
  • Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan
  • Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian
C.    Evaluasi dalam Pendidikan
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).
D.    Penilaian Dalam Pendidikan
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
E.     Pengukuran dalam pendidikan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
F.     Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing :
  • Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
  • Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
  • Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University.
Lehmann, H. (1990). The Systems Approach to Education. Special Presentation Conveyed in The International Seminar on Educational Innovation and Technology Manila. Innotech Publications-Vol 20 No. 05.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company
Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Zainul & Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Senin, 09 April 2012

Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan (Daun monokotil dan Dikotil)

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
“JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL”
LogoUntanGIF.gif

Disusun Oleh
Nafis Satun Khasanah
F05110008

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
JARINGAN PADA DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL

ABSTRAK
Tubuh tumbuhan tersusun atas jaringan-jaringan yang menyusunnya sehingga menjadi akar,batang dan organ tumbuhan lainnya. Pada daun tumbuhan monokotil dan dikotil terdapat perbedaan susunan jaringan penyusunnya. Sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap beberapa awetan tumbuhan untuk mengetahui perbedaan sistem dan jenis jaringan daun,tipe dan struktur anatomi daun tumbuhan monokotil dan dikotil. Pengamatan dilakukan dengan preparat awetan daun Zea mays L, dan daun Fern ,dan awetan segar Musa Paradisiaca dan Puring (Codiaeum variegatum) yang digunakan sebagai perbandingan. Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa pada daun tumbuhan monokotil letak berkas pengangkutnya tersebar sedangkan pada tumbuhan dikotil letak berkas pengangkutnya teratur. Adapun bagian anatomi tumbuhan yang terlihat yaitu, epidermis (atas dan bawah),berkas pengangkut, stomata, palisade dan jaringan spongy.

Kata kunci : jaringan, daun monokotil,daun dikotil,palisade,mesofil, spongy, stomata, epidermis adaxial.epidermis abaxial, berkas pengangkut
PENDAHULUAN
Pada tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari akar,batang,daun,hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa perbedaan yang paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur,sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur (Soerga,2011).
Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang (Gembong,2007).

Bagian-bagian yang terdapat pada daun yaitu:

1.      Jaringan Epidermis.

Jaringan epidermis daun dari beberapa tanaman beraneka ragam dalam jumlah lapisan, tebal, struktur, tebal stomata, penampakan dan susunan trikoma dan adanya sel yang khusus. Dalam struktur daun yang pipih, perbedaan jaringan epidermis dibuat antara dua permukaan daun; permukaan yang lebih dekat dengan ruas atanya dan biasa menghadap ke atas, dikenal dengan epidermis atas (adaxial surface). Dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (abaxial surface), berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. (Darmanti, 2009).
Selain itu, Epidermis berfungsi untuk pengambilan nutrisi dari dalam air dan untuk pertukaran gas. Pada banyak tumbuhan air, epidermis berklorofil, kutikula tipis, stomata umumnya tidak ada. Pada tumbuhan air yang terapung letak stomata pada permukaan atas. Daun yang terendam air termodifikasi menjadi bentuk silindris untuk meminimalkan arus air yang melewati daun mencegah koyaknya daun. (Estiti B. Hidayat,1995)

2.      Jaringan mesofil.

Bagian utama helai daun adalah mesofil yang banyak mengandung kloroplas dan ruang antar sel. Mesofil dapat bersifat homogeny atau terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan tiang lebih tampak dari jaringan spons yang memiliki ruang antar sel yang luas. Jaringan tiang terdiri atas sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun. Meskipun jaringan tiang tampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah, sehingga udara dalam ruang antar sel tetap mencapai sisi panjang, kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis lebih efisien. (Fahn, A. 1992)
Letak palisade tepat dibawah epidermis pada sisi adaksial disebut daun dorsiventral atau bifacial. Sedangkan pada tumbuhan xerofit pada kedua sisi daun palisade disebut daun isobilateral. Parenkim spons berbentuk isodiametris atau memanjang sejajar permukaan daun. Fungsi untuk penyimpan gula dan asam amino yang di sintesis di lapisan palisade, membantu pertukaran gas. Pada siang hari terdapat sel-sel spons yang mengeluarkan O2 dan uap air ke lingkungan dan mengambil CO2 dari lingkungan. (Tri Wahyu Agustina,2010)

3.      Jaringan bunga karang.

Disebut juga jaringan spons karena lebih berongga bila dibandingkan dengan jaringan palisade, berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Parenkim bunga karang tersusun oleh sel-sel yang bentuknya bervariasi. Umumnya tersusun tidak teratur, bercabang-cabang, berisi kloroplas, dan tersusun sedemukian rupa membentuk suatu jaringan seperti bunga karang. (Saefudin. Tanpa tahun).
Sel-sel parenkim bunga karang bentuknya beragam, dapat menyerupai sel-sel palisade, atau diameternya sama, atau pula memanjang sejajar dengan arah permukaan daun. Akan tetapi cirri khas sel-sel parenkima bunga karang adalah adanya cuping-cuping yang menghubungkan sel-sel disebelahnya. (Fahn, A. 1992)
  1. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh terletak pada jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan pembuluh pada batang. Ada dua jenis pembuluh yaitu Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun dan Pembuluh Tapis (floem) yang berperan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Tapi pada tumbuhan monokotil, tidak terdapat kambium yang membatasi pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Akibat adanya kambium, memungkinkan batang tumbuhan dikotil bertambah lebar dan terbentuknya lingkaran tahun pada batang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-jllsXJXlHHdDZ-ENN20vgFTNwdcS25-X_Ac4ImEFV02SG6GZayBZhoRm-4UmvYS6CBOQu4jrMnHYZzTvlwENYqUIcL8JP31X_KMsrkhCVE_E7ZvQaRwUBEIKq1Iro7i6SxkGLVyyPvsE/s1600/leaf+struktur.jpg
Gbr. Jaringan daun
(Suryanieti,2011)

5.      Stomata.

Stoma (jamak: stomata) berfungsi sebagai organ respirasi. Stoma mengambil CO2 dari udara untuk dijadikan bahan fotosintesis, mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis. Stoma ibarat hidung kita dimana stoma mengambil CO2 dari udara dan mengeluarkan O2, sedangkan hidung mengambil O2 dan mengeluarkan CO2. Stoma terletak di epidermis bawah. Selain stoma, tumbuhan tingkat tinggi juga bernafas melalui lentisel yang terletak pada batang.

(Satria, Danil. 2011)
Struktur Daun Monokotil.
Pada daun monokotil yang hidrofit, menunjukan struktur seperti dikotil, terutama dengan banyaknya ruang-ruang udara. Pada Butomaceae hamper 80% volume ditempati oleh ruang udara. Pada lilium, pada bagian dorsiventral dijumpai adanya jaringan tiang. Daun Musa sapientum adalah tebal dan mempunyai beberapa lapisan jaringan tiang dan daerah jaringan bunga karang yang lebar, dengan lacuna yang besar. Daun Carec mempunyai sklerenkim yang sangat berkembang, serta ruang udara yang besar yang berisi sel besar yang berdinding tipis.
Sebagian monokotil mempunyai susunan daun unifasial. Misalnya Iris, mempunyai daun unifasial yang pipih. Ikatan pembuluh sebagian terdapat dalam satu deret, atau sebagian terdapat dalam dua deret yang berhubungan satu dengan yang lain. Sarung daun berkembang karena aktifitas meristem marginal dan ikatan pembuluh tampak posisinya seperti biasa. (Supardi dan Pudjoarianto, 1993)
Struktur Daun Dikotil.
Kebanyakan tumbuhan dikotil herba, mesofilnya relative tidak terdiferensiasi. Misalnya jaringan tiang tidak ada, atau kurang berkembang, ruang interseluler besar, daun tipis, epidermis dengan kutikula tipis, dan stomata menonjol.
Pada tumbuhan semak dan berkayu, daun terdiferensiasi menjadi jaringan tiang pada sisi adaksial, daun bertipe mesomorfik dorsiventral, misalnya pada Vitis, Sylinga, Lingustrum, dan pyrus. Daun Citrus mempunyai kutikula yang tebal dengan lapisan lilin. Pada Ficus, dibawah epidermis terdapat sel-sel yang tidak mengandung kloroplas, disebut hypodermis, merupakan derivate epidermis (multiple epidermis). Dijumpai pula adanya sistolit pada epidermis dan sel getah (latisifer) pada mesofil. .(Supardi dan Pudjoarianto, 1993).
Dari literatur di atas, maka dilakukanlah pengamatan mengenai bagaimana perbedaan jaringan daun pada monokotil dan dikotil?,bagaimana sistem dan jenis serta posisi jaringan daun? Dan seperti apa struktur anatomi dari daun monokotil dan dikotil?. Sehingga dapat diketahui dengan lebih jelas bagaimana perbedaan antara jaringan daun monokotil dan dikotil.
TUJUAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan beberapa pengamatan yang memiliki tujuan untuk mempelajari sistem dan jenis jaringan daun,tipe daun monokotil dan dikotil, posisi dari berbagai jaringan daun, dan membandingkan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil.

MATERIAL DAN METODA
a.       Waktu dan Tempat
Pada praktikum kali ini dilakukan pada hari Sabtu/ 31 Maret 2012,pukul 07.30 WIB dimana pengamatannya dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
b.      Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain, mikroskop,kaca benda (Object glass),kaca penutup (cover glass), silet, dan pipet tetes

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu,preparat awetan daun jagung (Zea mays L),awetan Fern leaf sec, preparat segar daun pisang (Musa paradisiaca), dan daun puring (Codiaeum variegatum) serta air bersih.

c.       Cara Kerja

Dalam pengamatan awetan daun monokotil dan dikotil pertama-tama preparat awetan diletakkan di bawah lensa objek pada mikroskop, kemudian diperiksa mulai dari pembesaran lemah untuk mengamati susunan jaringan yang terdapat pada daun. Selanjutnya,dibesarkan satu sektor irisan tersebut dengan pembesaran yang lebih kuat. Setelah itu,objek yang terlihat digambar dan diberi keterangan. Kemudian,disebutkan tipe dari masing-masing daun beserta ciri-cirinya.
Untuk pengamatan preparat segar permukaan daun pisang (Musa paradisiaca), dan daun puring (Codiaeum variegatum) disayat halus menggunakan silet . Kemudian diamati di bawah mikroskop, selanjutnya digambar dan diberi keterangan anatomi daun yang terlihat.





DATA PENGAMATAN
Preparat     : Jagung (Zea mays)
Perbesaran : 10 x 10
Keterangan:
1.epidermis atas (adaxial)
2. berkas pengangkut
3. mesofil spongy
4. mesofil palisade
5.epidermis bawah (abaxial)
6. stomata


Preparat     : fern (Athyrium filix-femina)
Perbesaran : 10x10
Keterangan:
1. epidermis atas (adaxial)
2. stomata
3. berkas pengangkut
4. mesofil spongy
5. mesofil palisade
6.epidermis bawah (abaxial)
Preparat  segar   : Puring (Codiaeum variegatum)
Perbesaran          : 10x10

Keterangan:
1. epidermis atas (adaxial)
2. stomata
3. mesofil spongy
4.mesofil palisade
5. epidermis bawah (abaxial)
 Gambar b. Sayatan batang
6. berkas pengangkut

Preparat segar : Pisang (Musa paradisiaca)
Perbesaran       : 10 x10
Keterangan :
  1. Epidermis atas (adaxial)
  2. Mesofil Spongy
  3. Berkas pengangkut
  4. Palisade mesofil
  5. Epodermis bawah (abaxial)
  6. Stomata

PEMBAHASAN
Dalam praktikum jaringan pada daun monokotil dan dikotil, dilakukan pengamatan terhadap preparat awetan pada daun tumbuhan monokotil dan dikotil serta pengamatan terhadap preparat segar daun tumbuhan monokotil dan dikotil. Preparat awetan yang digunakan adalah daun jagung (Zea mays L) dan fern (Athyrium filix-femina) . Sedangkan untuk pengamatan preparat segar digunakan  daun pada tanaman pisang (Musa paradisiaca), dan daun puring (Codiaeum variegatum).
Praktikum kali ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara struktur anatomi jaringan daun monokotil dan dikotil. Pada gambar hasil pengamatan preparat awetan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil yakni Zea mays L dan fern (Athyrium filix-femina) dimana pada gambar.1 preparat awetan Zea mays L susunan berkas pembuluhnya terletak tidak teratur atau tersebar. Sedangkan pada gambar.1 preparat awetan Arachis hypogeae susunan berkas pembuluhnyta terletak teratur
                                                                                  







Preparat awetan Zea mays L                      Preparat awetan fern (Athyrium filix-femina)
Dari gambar di atas dapat dilihat dengan jelas bagian dari struktur anatomi daun tumbuhan misalnya terdapat jaringan epidermis dibuat antara dua permukaan daun; permukaan yang lebih dekat dengan ruas atanya dan biasa menghadap ke atas, dikenal dengan epidermis atas (adaxial surface) dan permukaan yang lain dikenal dengan epidermis bawah (abaxial surface), berfungsi melindungi jaringan yang terdapat di bawahnya. (Darmanti, 2009).
Pada daun fern kami mendapatkan bahwa letak stomata nya berada di atas, hal tersebut tidak sesuai dengan literatu dimana. Pada tumbuhan air, stomata banyak dibentuk di permukaan atas daun, sebaliknya pada tumbuhan darat stomata banyak di permukaan bawah daun (Tim Pengampu Fisiologi Tumbuhan, 2010). Fern sendiri merupakan tumbuhan paku-pakuan, maka seharusnya stomatanya terletak di bagian bawah permukaan daun untuk mengurangi laju penguapan yang dilakukan oleh tumbuhan tersebut.

Pada daun monokotil, yaitu pada Zea mays L, dalam hasil pengamatan dijumpai palisade yang membulat. Ini menunjukan tipe sentris.(Supardi dan Pudjoarianto, 1993). Palisade tidak tersusun sepanjang penampang daun. Hanya epidermis yang menyusun permukan atas dan permukaan bawah daun. Bunga karang atau jaringan spons posisinya tidak teratur, jaringan pengangkutnya  tidak teratur.
Selanjutnya pada pengamatan preparat segar dilakukan pengamatan terhadap daun dari Musa paradisiaca dan (Codiaeum variegatum) dapat terlihat berkas pembuluh penyusun daun nya. Dimana letak berkas pengangkut pada Musa paradisiaca teletak di sepanjang berkad pembuluh daunnya, sedangkan pada (Codiaeum variegatum) berkas pembuluhnya tampak pada sayatan batangnya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI
            Dari hasil pengamatan terhadap preparat awetan dan preparat segar dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara struktur anatomi daun pada monokotil dan dikotil. Dimana letak berkas pengangkut pada monokotil terletak tersebar dan tidak beraturan serta tidak adanya. Sedangkan pada dikotil susunan berkas pembuluhnya terletak rapi. Pada praktikum ini preparat yang monokotil adalah Zea mays L, dan Musa paradisiaca sedangkan  preparat yang dikotil adalah Fern dan (Codiaeum variegatum).
Pada pengamatan prerparat awetan Fern terlihat stomata terletak di dekat epidermis atas, sedangkan menurut literatur untuk daun yang habitatnya di darat letak stomatanya di permukaan bawah daun. Oleh karena itu, perlu di kaji kembali denga berbagai sumber dan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
 Agustina, Tri Wahyu. 2010. Materi Pokok Ajar Anatomi Tumbuhan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Darmanti. 2009. Identifikasi Anatomi Daun. (online) http://eprints.undip.ac.id/1999/1/Bioma_darmanti_Juni_2009.pdf. Diakses tanggal 6 april 2012.
Fahn, A. 1992. Anatomi Tumbuhan (Edisi Ketiga). Yogyakarta, UGM Press.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Penerbit ITB.
Saefudin. Tanpa tahun. JaringanTumbuhan. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196307011988031-SAEFUDIN/Jaringan_tumbuhan.pdf. Diakses tanggal 5 april 2012.
Satria, Danil. 2011. Anatomi Daun. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Anatomi_daun.svg. Diakses tanggal 6 april 2012
Soerga.2009. Anatomi  Tumbuhan Monokotil dan Dikotil. (online) http://soearga.wordpress.com/2009/04/18/anatomi-tumbuhan-monokotil-dan-dikotil/. Diakses tanggal  5 April 2012
Supardi dan Pudjoarianto. 1993. Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suryanieti.2011. Praktikum Anatomi Daun. (online) http://suryanieti.blogspot.com/2011/05/laporan-praktikum-antum-anatomi-daun.html. Diakses tanggal 6 April 2012
Tim pengampu Fisiologi Tumbuhan. 2010. Petunjuk Praktikum fisiologi Tumbuhan. FMIPA UM
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
.